Universitas Sumatera Utara (USU) tetap komitmen mempertahankan program studi (Prodi) bahasa dan sastra daerah Batak dan Melayu meski peminatnya dari tahun ketahun masih minim.
Humas USU, Bisru Hafi, di Medan, Jumat, mengatakan, sebagai universitas terbesar di Sumatera, sudah menjadi kewajiban USU untuk menjaga serta melestarikan sastra Batak dan Melayu agar tidak punah dari peradaban.
"Sudah menjadi tugas kita untuk menjaga kelestarian kedua bahasa dan sastra tersebut. Kalau bukan kita siapa lagi yang peduli terhadap kelestarian budaya itu, "katanya.
Ia mengatakan, USU merupakan satu-satunya universitas di Indonesia yang membina prodi bahasa daerah Batak dan Melayu yang juga sekaligus menjadi ciri khas USU dibanding universitas lainnya di Indonesia.
Dari segi materi, kata dia, USU sebenarnya tidak mendapat profit dari keberadaan kedua prodi tersebut karenanya setiap tahun terus disubsidi agar sistem pembelajarannya tetap berjalan dengan baik.
USU menerapkan subsidi silang terhadap prodi-prodi yang "miskin". Artinya, prodi yang banyak peminatnya seperti prodi yang berasal dari fakultas kedokteran mensubsidi prodi yang minim peminat seperti prodi Bahasa dan Sastra Daerah Melayu/Batak.
"Yang jelas, tanggung jawab moral yang membuat USU tetap komitmen mempertahankan keberadaan kedua prodi tersebut, meski peminatnya tidak sebanyak prodi-prodi lainnya," katanya.
Staf pengajar program studi Bahasa Daerah Batak dan Melayu Fakultas sastra USU, Azrai MSP, mengatakan, dengan mempelajari sastra daerah, merupakan salah satu filter untuk mencegah masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan norma dan kaidah bangsa Indonesia.
"Artinya, dengan mempelajari bahasa dan sastra daerah, kita dapat menghempang budaya asing yang bersifat negatif," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar